cheer Me Up.....

WELCOME TO MY BLOG......

^_^

Senin, 04 Oktober 2010

cerpen_ketika Tuhan Menjawab

Katanya Hidup itu pilihan,tapi kenapa aku tidak bisa memilih?, Hidup itu indah ,tapi apakah indah hidupku?,Ku yang hanya bisa berdiam diri disini melihat, memperhatikan kesibukan, mendengar cerita teman–teman SMA ku tentang kuliah mereka membuatku iri.
‘’Mau, melanjutkan kemana kamu?’’ Tanya ayahku.
‘’Aku ingin menjadi dokter yah…’’ jawabku dengan penuh semangat.
‘’semangat ya, pasti kamu bisa.’’
ayah, ibu dan ketiga adikku santi, susan dan dino, hanya bisa tertawa mendengar ucapanku. Itulah kata–kata yang masih terngiang–ngiang ditelingaku sampai sekarang. namun ,setelah ayahku meninggal dunia, semuanya telah berubah, ketiga adikku terancam tidak bisa melanjutkan sekolah mereka, Karena keegoisanku yang bersikeras untuk tetap berkeinginan melanjutkan keperguruan tinggi pasca sma, tapi akhirnya aku memutuskan untuk menunda impianku yang aku sendiri tidak tahu harus sampai kapan.
‘’Mal…mal…mala…,’’ teriak ibu.
Aku yang asyik melamun didepan pintu sambil memeluk buku komik kesekuaanku tidak mendengar teriakan ibuku, tiba–tiba ibuku sudah ada dibelakangku.
‘’mal. ..mala gorengannya sudah siap, sudah bisa dijual’’sambil menepuk bahuku.
Ingin sekali rasanya aku tidak mendengar kata-kata ‘’menjual gorengan’’ dari mulut ibuku, kenapa harus aku yang begini, bukankah tuhan tahu impinaku, begitu kejamkah Tuhan terhadapku.
‘’Mala..mala kenapa sih kamu?’’sapa ibu.
‘’Oh…oh , ya bu.’’ Jawabku gugup.
‘’Kok melamun aja sih, dari tadi ibu panggil kok tidak menyahut.’’
‘’Mana bu gorengannya?’’
‘’Itu ada dibelakang, semangat ya anakku sayang.’’
Aku yang mengelak pertanyaan dari ibuku, seolah–olah tak terjadi apa–apa denganku, padahal sejuta cerita tentang kesedihanku telah menyelimuti semangat hidupku tapi ku tak ingin berbagi duka dengannya.
============
Panas yang menyengat, dan keringat yang membasahi tubuhku seolah–olah telah menjadi teman dalam perjalananku setiap harinya, bahkan makanan sehari - hariku dalam mendagangkan gorengan–gorengan ibuku.
‘’Goreng–goreng….’’, teriak ku.
‘’Dek…dek…, beli dek’’, teriak ibu-ibu yang lagi duduk-duduk dibawah pohon jambu .
‘’Ya…bu’’, jawabku dengan keras dari kejauhan dan berlari kecil kearahnya.
‘’Berapa gorengnya satu?’’
‘’seribu tiga bu…’’
‘’kamu masih sekolah dek’’( sambil memilih – milih gorengan)
‘’tidak bu’’.aku pura-pura tidak mengerti pertanyaannya.
‘’sayang ya, masih mudah kok sudah putus sekolah, apalagi kamu cantik dek’’
‘’ya..ya….’’sambung ibu–ibu yang lain.
Kata–kata itulah yang sering kudengar ditelingaku, yang membuat hatiku semakin kalut saja, ditambah lagi aku sering melihat anak kuliahan pulang dari kampusnya, rasanya mata ini sudah kering untuk menangis.
============
Bipbipbip ( suara sms masuk)
Tertulis dihandpone ku pesan dari desi.
‘’mal..pa kabr?’’ 
Kamu smbong ya sekarang , oh ya.., kmi ingin main – main kerumah mu. Bye see U…
Aku yang membaca sms ini sungguh kaget, kalau saja Desi dan yang lainnya tahu bahwa aku tidak jadi melanjutkan kuliahku.. Apa yang terjadi?, pasti mereka akan menertawaiku,pikirku.
============
‘’mala..mala’’, teriak ibu
‘’iya… bu’’aku tersentak dari kekalutanku.
‘’cepat keluar, teman – temanmu datang ‘’
‘’Apa?’’(tersirat didalam hati)
Rasanya jantungku berhenti berdetak dan aku seolah berhenti bernafas sejenak.
============
‘’mala, kok gak balas sms ku sih’?’’
‘’eh..desi, ida, jony’’ sapaku dengan gugup
‘’oh ya, kamu kok ga’ pernah kelihatan sih, diwaktu perpisahan pun kamu ga’ ada, kemana aja neng?’’ Tanya ida sambil mencubit pipiku yang chubby .
‘’a…a...ku, tidak bisa menemui kalian karena pada saat itu ayahku lagi sakit ‘’ jawabku dengan gugup.
‘’loh, kok ga’ bilang sih?’’, sambung jony
‘’aku tidak ingin merusak suasana hati teman–teman’’
‘’oh..ya, kamu lanjut kemana jadinya, katanya mau coba Unri, aku kerja keras lo biar bisa terus jumpa kamu, hehe’’ potong jony sambil cengar–cengir.
‘’itu sie maumu jon…’’, ledek ida sambil menepuk bahu jony.
‘’hahaha’’ tawa mereka
Rasanya, aku tidak tahan lagi menahan air mata ini, dan air mataku turun begitu saja membasahi pipiku.
‘’mala, kamu kok nangis sie?’’tanya desi bingung.
‘’ya..ya’’sambung ida dan jony.
‘’aku tidak seperti kalian, yang kaya raya, yang tinggal memilih dimana saja tempat yang kalian mau, yang punya hidup indah, dan apakah kalian ingin menertawaiku!!’’bentak mala.
‘’loh..kamu kok bilang gitu sih?’’, ucap mereka serentak.
‘’kenapa sie kamu?, dimana mala yang pintar yang penuh semangat?’’ bentak jony.
‘‘bukannya aku tidak ingin melanjut, tapi aku memang tidak bisa melanjut, aku harus membantu ibuku menjual gorengannya demi ketiga adikku yang masih harus sekolah, dan semua ini karena tuhan yang memanggil ayahku’’.
‘’astagfirullah, kamu kok bilang gitu sih, kami semua adalah sahabat–sahabatmu, yang menerimamu apa adanya dan kami akan berusaha membantumu’’(sambil memeluk mala)
============
Semenjak hari itu, aku sadar dan seharusnya aku bersyukur karena tuhan masih mau membantuku, dan seharusnya aku yakin masih ada kesempatan yang indah yang lagi menunggu kedatanganku. Akupun tak malu lagi jika teman–temanku tahu bahwa aku belum melanjutkan sekolahku, dan aku terus–menerus mengulang pelajaran sewaktu aku masih duduk dibangku SMA dengan rasa suka cita, dan aku tidak merasa malu untuk meminta ilmu dari teman–temanku yang sudah duluan kuliah mendahului aku. Aku terus berusaha membantu ibuku dan ketiga adikku dalam menjual gorengan dan pada saat itulah hidupku berubah.
============
‘’goreng…goreng..goreng, seribu tiga…’’ teriakku.
‘’kak, beli goreng’’
Dari kejauhan aku melihat seorang anak lelaki dengan kulit sawo matang, rambut urakan dengan kaos oblong berwarna putih dan celana abu–abu sekolah yang dia gunakan.
‘’berapa dek?’’
‘’Rp2.000, aja kak’’
Tiba–tiba, dari kejauhan aku mendengar suara teriakan seorang wanita yang memanggil–manggil nama roni. ‘’roni…roni’’ teriak ibu itu sambil melihat kearahku dan tanpa malu–malu menjewer telinga anak lelaki itu.
‘’masih bisa ya, keluar main–main, sebentar lagi kan UN, sudah ga’ bisa apa-apa, gimana mau lulus’’ bentak wanita itu.
‘’maaf ya dek, anak saya ini memang bandel’’
Tanpa berpikir panjang, dan tak ku kira kalau aku akan menawarkan diriku kepada wanita itu untuk membantu anaknya dalam belajar.
============

Alhamdulillah, sebulan sudah berlalu dan akhirnya anak ibu itu pun lulus dari SMA nya, dan ibu itupun meminta sekali lagi pertolongan dariku untuk menjadi guru private untuk memasuki perguruan tinggi negeri (PTN), dan tanpa berpikir panjang aku pun mengiyakannya, mungkin selain honor yang diberikannya besar, ditambah lagi perlakuan mereka baik terhadapku, dan akupun memang suka belajar dan berbagi ilmu dengan orang lain, walaupun aku sendiri tidak tahu sampai kapan aku harus menunggu keajaiban datang, sehingga aku bisa melanjutkan sekolahku.
============

Senangnya mengajari roni rasanya ilmu ini terus bertambah setiap harinya, dan tidak mengubur impianku sama sekali malah aku jadi tambah yakin bahwa hari esok akan indah buatku.
‘’mala.’’sapa ibu roni.
‘’ya…bu’’
‘’kenapa kamu tidak melanjutkan kuliahmu saja, bukankah kamu sangat pintar?’’
‘’terima kasih bu, atas perhatiannya, mungkin inilah adil Tuhan terhadap saya, dan saya mengerti pelajaran itu tidak hanya dibangku SD, SMP, SMA atau bahkan Kuliah, karena saya sudah mendapat pelajaran hidup yang paling berharga, sehingga saya bisa mensyukuri hidup, dan mengetahui makna hidup, membantu ibu dan ketiga adik saya adalah impian saya yang paling utama’’
‘’masih adakah keinginanmu untuk kuliah?’’ tanya ibu roni dengan memegang tanganku.
Melepas genggaman tanggannya, ‘’walaupun saya sudah 1 tahun menganggur pasca SMA, keinginan terbesar dalam hidup saya dari dulu dan sampai sekarang adalah melanjutkan sekolah dan itu masih terbesit sampai sekarang’’
‘’maaf bu, sepertinya hari sudah sore, saya harus pulang dulu, nanti ibu saya khawatir’’ pergi dan berlalu tanpa melihat tatapan matanya.
============

Keesokan harinya, ketika aku mendagangkan gorengan, aku bertemu dengan bu roni.
‘’Mala’’sapa ibu itu.
‘’eh…ibu, pulang dari mana bu?’’
‘’ibu pulang dari mengajar’’ jawabnya dengan melempar senyum kepadaku.
‘’apa?’ ’sahut ku terkejut (bukankah anaknya saya yang ngajar, padahalkan ibu ini seorang pengajar) pikirku.
‘’kenapa mal?’’
‘ ’a’..a’ (seperti orang yang linglung)
‘’kamu pasti bertanya kenapa bukan ibu sendiri yang membimbing Roni, tapi jujur ibu begitu sibuk dan tidak sanggup untuk menanganinya hingga akhirnya ibu bertemu dengan kamu’’
‘’oh …ya, apakah kamu masih ingin melanjutkan sekolahmu?’’
Aku hanya terdiam dan memberikan senyum kecilku kepadanya.
‘’besok kamu harus datang ke kampus tempat ibu mengajar, ada beasiswa buat anak-anak pintar seperti kamu, besok terakhir, jangan lupa ya’’sambil berlalu meninggalkan diriku.
‘’a’…a..apa?’’ jawabku terkejut ( seperti orang yang linglung), dan aku telaah lagi yang diucapkannya.
‘’Akhirnya aku kuliah..’’ teriakku sambil menitikkan air mata.
‘’Kampus…I am coming……’’ teriakku dengan penuh semangat.

============

ternyata memang benar hidup itu memang pilihan, dan tergantung kita mau memilih apa, dan hidup itu memang indah tertgantung kita memaknainya.

===the end===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar